Senin, 29 Oktober 2007

KALAU SAYANG, KENAPA HARUS KASAR?

Ini sebuah intermezo lagi..
Kemaren, gw ma pacar gw maen ke Taman Pelangi yang diadaiin di Monjali selama bulan Oktober 2007. Disana itu, diadaiin acara semacam pasar malem tapi lebih mewah dan emang Target pasar primer adalah keluarga yang mempunyai anak-anak kecil. Kaya taman bermain atau Taman Ria gitu deh...
Disana banyak orangtua yang dateng dengan anak nya. Mereka semua terlihat senang dan antusias banget main dibanyaknya arena permainan.
Lalu ketika gw istirahat di jembatan yang menuju pintu masuk Monjali, disebelah gw ada orangtua yang belum begitu tua sambil membawa anak cowok yang perkiraan gw berumur 7 tahunan gt. Gw foto2 ditempat itu, sementara keluarga kecil itu berbicara dengan agak"panas" suasananya. tapi gw ga tau mereka ngomongiin apaan.
Tiba-tiba sang ayah menampar anaknya keras bgt, ampe anak itu hampir jatoh. Anak itu lalu langsung memeluk sang ibu yang menurut gw sedari tadi menahan tangis (agak berkaca-kaca matanya). Sang ibu lalu mempererat pelukan anaknya dan menangis kecil. Setelah itu, ibu muda itu mengajak anaknya pergi untuk melihat-lihat arena permainan lain dengan tujuan menghibur anaknya, sementara sang ayah hanya merokok saja.
Gw n mas gw cuma pandang2an. Miris bgt gw liat kejadiaan itu. Dan gw tambah miris, ketika sang ibu melihat itu, dia hanya mampu terdiam, hanya mampu menangis. Kalau gw ada diposisi sang ibu, gw langsung tabok balik suami gw n ceburin ke sungai yang ada dibawahnya itu.
Biarbagaimanapun nakalnya seorang anak, tetap ada batasannya untuk menghadapi anak. Kalopun hatus terpaksa memukul anak, ya kira-kira aja dong!!! Tu bapak mukul anaknya, dah seperti nempeleng. Udah kaya lagi ngehajar maling. Bayangin aja coba, dia bisa-bisa nya menempeleng anak sendiri didepan umum, didepan banyak pasang mata. Gmn coba kalo dirumah??? Bisa babak belur kali tuh sang anak. Kalo ma anaknya aja tega, berani gw jamin pasti istrinya juga menjadi korban kebrutalannya..
Ga lama setelahnya, sang ibu dan anak balik lagi. Ayah brutal itu masih tetep aja menangkring diatas jembatan sambil ngerokok (rasanya gw pengen ceburin aja tuh manusia). Dan yang gw heran, si anak malang itu udah ketawa-tawa sama ibu nya. Ibunya juga ketawa meski keliatan bgt tawa itu sangat terpaksa. Gw bisa ngeliat kepedihan di mata sang ibu.
Gw dan ade gw juga sering dimarahin ma bonyok gw, dan gw ataupun ade gw sedih banget bahkan sering kita ngambek dan manyun gara2 diomelin. Padahal itu cuma diomelin. Syukurnya Bonyok gw ga pernah melakukan tindak kekerasan ke anak-anaknya.
Tapi anak ini sudah sangat2 diperlakukan kasar, namun sedetik kemudian dia bisa tersenyum lagi, tertawa-tawa. Seolah-olah dia ga pernah disakiti oleh orang yang dia sayang.. Gw ga tau apa dia memaafkan perlakuan ayahnya atau tidak, tapi yang gw tau, anak ini sangat tangguh, anak ini tidak merasa perlakuan ayahnya sebagai sebuah gangguan yang berarti, dan gw sangat ngerasa ga ada apa2nya sama dibanding ini. Betapa hebatnya anak lelaki kecil ini.
Buat gw, kejadiin ini sebuah pelajaran hidup lagi buat gw. Banyak banget yang bisa gw syukuri dalam hidup gw ketika gw liat kejadiian ini didepan mata gw. Gw bersyukur memiliki orangtua yang tidak pernah berbuat kasar ke anak-anaknya (nyokap gw pernah mukul gw wktu gw kecil karena gw bndel, tapi abis itu yang nangis kejer bukannya gw tapi malah dia, he2, dan akan gw inget sampe kapanpun kejadiaan ini). Gw bisa belajar dari anak kecil tadi, bahwa biar bagaimanapun jeleknya orangtua kita, kita tetap harus bisa memaafkan mereka, harus tetap menyayangi mereka dan menghormati mereka.
Gw juga belajar sebagai seorang perempuan yang nantinya akan menjadi seorang ibu, bahwa gw ga boleh kalah sama lelaki ataupun suami gw. Meski gw tau gw harus menghormati dan menurut pada suami, namun tetep aja, ga selamanya suami atau lelaki itu bisa menjadi teladan.. Jadi biarbagaimanapun, selain gw harus menurut pada suami gw kelak, tetep aja gw juga harus berkata TIDAK atau SALAH ketika dia melakukan yang tidak benar, bukan berarti gw mau ngelawan suami tapi gw atau anak gw nanti memiliki hak untuk ngerasa nyaman dan bahagia sementara suami gw memilki kewajiban untuk ngelindungi anak istrinya, bukan malah mengasari dan membuat ga nyaman, seperti yang dilakukan Ayah brutal tadi (bener de, rasanya pengen gw ceburin tuh orang).
Gw pernah denger pepatah yang mengatakan bahwa "cinta anak sepanjang galah namun cinta orangtua sepanjang jalan". Namun setelah gw liat perilaku anak kecil tadi, gw jadi belajar bahwa ternyata ga semua anak yang cuma sepanjang galah aja cintanya ma orangtua, ga cuma anak aja yg durhaka ma orangtua. Toh kita tau banyak orangtua yang ninggalin anaknya, memperkosa anaknya, menjual anaknya, menjadikan anaknnya yang masih kecil sebagai tulang punggung yg mengharuskannya menafkahi orangtua itu (pengemis kecil dijalan kan gitu), sementara sang orangtua berleha2 menunggu hasil kerjaan anaknya untuk dipakai foya2. Jadi menurut gw, ga selalu anak yang durhaka ma orangtua, tapi juga ada beberapa fenomena orangtua durhaka sama anaknya.
Gw sekarang jadi kepikiran sama anak dan ibu tadi dan akhirnya gw juga mikirin buat orang-orang yang senasib ma mereka (baik yang gw kenal ataupun semua orang yang mengalaminya), apa yang saat ini sedang terjadi dengan mereka? Saat gw nulis ini pun gw kepikiran mereka, apa mereka sekarang sedang tertidur pulas atau sedang diperlakukan kasar ma suami atau ayah mereka? Banyak banget ya ternyata yang lebih buruk nasibnya dibandingin kita, jadi seharusnya kita selalu merasa bersyukur atas apa yg kita miliki dan yg terjadi dalam hidup kita ini, meski memang tidak sedikit yang lebih baik hidupnya dibanding kita, tapi BANYAK JUGA YANG HIDUPNYA LEBIH BURUK DIBANDINGKAN KITA...

Gw jadi mikir lagi, katanya semua orangtua SAYANG sama anaknya,
Namun, kalau sayang kenapa harus KASAR?

Minggu, 07 Oktober 2007

Agama (Sarana persatuan Bangsa atau Pemicu Konflik Umat beragama?)

Kalau kita berbicara mengenai peran agama dalam kehidupan kita sehari-hari, alangkah sangat krusial dan dilematis bgt. Disatu sisi agama merupakan pedoman kita untuk hidup, namun disisi lain, jika kita melihat real nya, agama dimana-mana dijadikan sebuah alasan dalam berbagai konflik yg ada. banyak kubu2 berbeda keyakinan yg mengatasnamakan agama dalam mempertahankan idealisnya.
seperti banyak masalah terjadi ttg perang antar umat beragama yg sering terjadi dibeberapa daerah, baik di lingkup Indonesia maupun lingkup Dunia. belum lama ini yang terjadi di Indonesia adalah kasus Poso. Banyak pertumpahan darah dan korban meninggal hanya karena masalah yg ga jelas. banyak juga dari korban-korban yang meninggal itu sebenernya ga tau inti dari masalahnya. mereka hanya merasa perlu bertindak dalam rangka kesetiaan dan kesolideran mereka terhadap agama dan rekan-rekan sesama agamanya. padahal belum tentu juga apa yang mereka bela itu benar...
itu masalah langsungnya. lalu bagaimana dgn masalah yg tidak langsungnya?
peran media massa sangat penting dalam hal ini. ketika sebuah media massa memberitakan ttg pertikaian umat beragama disalah satu daerah, case yang akan muncul adalah reaksi dari masyarakat diluar daerah tersebut. sudah menjadi pengetahuan umum bahwa masyarakat dunia, khususnya masyarakat kita yang selalu menerima mentah-mentah apa yg mereka lihat tanpa akan menelaahnya terlebih dahulu. hanya sebagian kecil masyarakat yg akan melihat sisi lain dari masalah yg timbul.
mayoritas dari mereka, akan melalakukan tindakan. entah dengan mengintimidasi dan penjegalan orang-orang dari agama yg berbeda, ataupun demo disana-sini. perbuatan2 tersebut dilakukan atas nama
SOLIDERITAS...
namun yg perlu ditekankan adalah, Solider untuk hal apa? atau Solider dalam bentuk bagaimana?
mereka kan ga tau apa yg sebenar-benarmya terjadi. penjegalan-penjegalan yg dilakukan bukan malah akan ngebuat masalah baru? bukan malah meruncingkan masalah?
selain itu juga, sering terjadi penjegalan dari beberapa pihak terhadap orang yg berbeda agama dari diri mereka. padahal pihak korban penjegalan itu tidak mengerti apa-apa...
kan kasian korban yg ga ngerti apa-apa itu...
masalahnya, knpa banyak orang terlalu berpikiran sempit gt c? emg ga da ya cara yg lebih baik?
terus buat apa belasan tahun kita belajar PPKN? PPKN kan mengajarkan kita untuk saling menghormati antar umat beragama. negara kita kan menjamin hak kita untuk memeluk agama menurut kepercayaan kita masing2, tp knp masih sering terjadi konflik yg berbau agama?
emg ga ada sedikitpun yg nyantol apa dari pelajaran PPKN yg isinya ttg Toleransi, Tenggang rasa, hormat-mengormati dan kawan2nya itu?
Toh kita semua percaya bahwa semua agama mengajarkan baik. namun ternyata semua masih tergantung dgn personnya masing2 jg ya? Realnya adalah bagaimana kita atau semua orang menalaah ajaran agama nya masing2. ga ada satu agama pun yg mengajarkan ttg pertikaian dan permusuhan...
Makanya, tolong dong jangan mengotori ajaran agama yg suci dgn perbuatan2 anarkis dan ga bermoral serta jauh dari estetika.
gw inget bgt pelajaran PPKN dulu, disana ada teori yg mengatakan bahwa kita harus fanatik terhadap agama kita sendiri, tapi fanatik buat diri kita masing2. kita ga boleh fanatik keluar, yg artinya bahwa kita ga boleh memaksakan pendapat kita dan merasa bahwa agama kitalah yg paling benar.
kalo teori itu bener2 dilakukan oleh semua orang yg ada didunia ini, gw yakin bgt kalo kerukunan antar umat beragama pasti akan tercipta dan ga kan ada lg yg namanya permusuhan. toh kita sama2 percaya bahwa kita diciptakan oleh Tuhan yang sama, Tuhan yang Esa. so, seharusnya kita harus saling mengasihi dan menghormati. kita cuma beda dalam cara berpikir dan beribadah serta mengucap syukur...ketika itu semua berbeda kita ga kan bisa sama dalam persepsi, jd ga da gunanya kalo kita maksain idealis kita. iya ga c?
kembali lg ke peran media massa. jika masalah SARA terjadi, seyogiyanya media massa harus bener2 memperhatikan dan mempertimbangkan bagaimana isi dan penyampaian berita itu. jgn sampe ada keberpihakan kpd salah satu kubu dan memojokan kubu lain. Pertimbangan itu harus dilakukan karena mayoritas dari masyarakat kita kalau dalam hal agama jarang ada yg bisa berpikiran Liberal, meski orang itu sangat moderat. Moderat kan belum tentu liberal.
Media harus bersikap netral tanpa ada pemberian opini sedikitpun. serta alangkah lebih baik lg jika pihak media menggunakan sistem Jurnalisme Damai. Dimana media akan berusaha menjadi mediator terhadap pihak-pihak yg bertikai dgn tujuan untuk melerai dan mendamaikan pihak2 yg bertikai itu..
ngomong-ngomong soal orang liberal, baru2 ini jogja TV mendapat ancaman dari FPI karena menyiarkan program acara berjudul 'Kongkow bareng Gusdur' (tokoh islam yg sangat liberal dan gw ngefans bgt akan pemikirannya yg sanagt logis dan liberal, meski gw kristiani). program acara ini bertajuk ttg lintas agama. FPI merasa berang akan Gusdur. mereka mengancam jika acara tersebut terus ditayangkan, FPI akan menghancurkan gedung Jogja TV. akhirnya Jogja TV menghentikan penayangan acara tersebut. gw ga mau mengomentari apa-apa ttg perbuatan FPI ini. gw cuma menyayangkan sikap yg dilakukan FPi karena menurut gw acara ini sangat bagus dalam upaya membangun pengetahuan dan menciptakan kerukunan antar umat agama. yg paling bikin berang, di sebuah forum ttg masalh ini, ada orang yg comment kalo perbuatan FPI benar karena jika ada seorang liberal memberikan ceramah artinya sama aja menyesatkan umat beragama. ga tau d gmn dan dimana benernya pernyataan orang ini..
Gw prihatin bgt akan FPI, bukan bermaksud memojokan, tapi sudah menjadi pengetahuan umum bahwa FPI sering bertindak anarkis dalam banyak hal, meski mungkin maksud FPI baik namun alangkah sangat lebih baik jika FPI tidak menggunakan sistem anarkis dalam mengatasi sebuah masalah..(sebelum masalah Jogja TV, FPI melakukan pengrusakan kpd warung makan yg berjualan dibulan puasa).
so, ada baiknya kita kembali lg berintrospeksi akan keberadaan agama di dalam hidup kita.
apakah kita setega itu menjadikan agama yg mengajarkan hal baik dan berkedudukan sangat suci sebagai sebuah pemicu konflik?
ATAU..
apakah sebaiknya kita menghargai dan mau mengikuti ajaran agama untuk menjadikannya sebagai sarana pemersatu bangsa dan menjadikannya wadah berkumpulnya orang2 yang percaya akan Tuhan serta membuat kita menjadi manusia yang menciptakan kedamaian dimanapun dan dalam hal apapun?!...

Rabu, 03 Oktober 2007

JANGAN LIAT TAMPANG..!!!!

Sebenernya c cuma intermezo aja, sebuah pengalaman yg pernah gw rasain yg akhirnya ngebuat mata dan pikiran gw menjadi lebih terbuka lg tentang dibalik sesosok orang...
begini ceritanya :
liburan semester kemarin kan gw pulang ke jakarta dan pada suatu hari gw janjian ma sodara gw di blok M.

awalnya gw mau naik Bus way, tp klo dr t4 gw (kampung melayu-red) mesti 2x transit n makan waktu lama bgt gt...akhirnya gw lebih memilih naik bus kota arah kampung melayu-blok M. gara2 busway, mayoritas bus jadi dikit penumpang. gw dpt bus yg sepi n t4 duduk pewe bgt (dkt jendela n sendiri pula duduknya). akhirnya bus pun melaju menuju blpk M. Ga brapa lama naiklah seorang pengamen bertampang preman.. banyak codet dimukanya, dandanan nya menyeramkan dan nakutin bgt. karena bus dijakarta terkenal bnyak copet ataupun rampok, gw dah takut bgt, scara gw cuma pergi sendiri n ga banyak penumpang pula. akhirnya untuk membuat nyaman dan mengantisipasi supaya gw ga di apa2in, gw mengambil posisi semenjorok mungkin supaya tuh pengamen ga bisa liat gw, terus gw merem n pura2 tidur biar dia ga ngubris gw. setelah ucapan pembuka sang pengamen selesai dia mulai gonjreng2 gitarnya, awalnya gw ga tau itu lagu apa, karena intro nya ga jelas. tapi begitu dia mulai nyanyiin lirik pertama lagu nya, gw kaget setengah mati. pengamen yg udah gw takutin dan gw duga2 jahat,

nyanyiin lagu rohani kristen. awal lagu yg pertama lirinnya gini : hari ini kurasa bahagia, berkumpul bersama saudara Seiman, trus reffnya gini : Bergandengan tangan dalam kasih dalam satu hati... lagu kedua judulnya Sejauh timur dari barat n lagu ketiga judulnya Seperti rusa rindu... ( buat yg kristiani pasti tau lagu2 ini ).
gw langsung melek n ngeliat pengamen bertampang preman itu nyanyiin lagu2 nya dengan senyum iklas.. SUMPAH gw ngeras jahat bgt.. gw dah nganggep tuh pengamen jahat hanya karena tampangnya nyeremin n kaya preman...
itulah salah satu sifet jelek manusia yg selalu menilai orang cuma dr tampang, cuma dr penampilan luarnya, tanpa berpikir sedikitpun adanya kemungkinan2 dibalik semua itu.
kali aja codet dimuka tu pengamen ada karena dia berantem ma berandalan untuk membela keluarganya, atau temannya, atau dia pernah dikeroyok preman beneran hingga akhirnya dia terpaksa berdandanan ala preman supaya ga dijahatin orang. atau mugkin dia cuma mampu berdandan seperti itu karena hanya mampu membeli baju2 yg seperti preman. mungkin uangnya dipake untuk menghidupi keluarganya...
Siapa yg tau c apa yg harus dia tanggung?
meski mungkin kemungkinan2 yg gw ungkapakan diatas td belum tentu bener, plg tidak gw sudah mencoba untuk berpikir positif, lagipula gw mendapatkan sebuah pelajaran lain dr dia, pengamen yg gw sangka preman itu seolah2 Menampar muka gw sekenceng2nya.. karena pada hari itu adalah hari minggu dimana seharusnya gw ke gereja. tp gw malah maen ke Blok- M n dah sangat berpikiran negatif ttg orang hanya karena ngeliat tampangnya aja. pada saat itu juga, gw berpikir kalo orang yang dah gw sangka jahat atau mafia merupakan perpanjangan tangan Tuhan. Tuhan bekerja untuk mengingatkan gw atau penumpang yg ada di bus melalui pengamen bertampang preman ini. alangkah mahadahsyatnya memang ya Tuhan tu. Ia bekerja secara tidak langsung namun melalui relitas sosial yg ngebuat kita berpikir, belajar dan mengambil hikmahnya sendiri..
untuk menebus kesalahan karena gw dah berprasangka buruk ke pengamen itu, gw akhirnya memberi uang lebih. apalah artinya uang yg tidak begitu banyak dr gw untuk dia dibandingkan pembelajaran dan hikmah yg gw dpt melalui orang bertampang preman ini... bener2 ga sebanding uang yg gw kasih dibandingin hal2 yg gw dapet karena dia..
meski di bus itu panas bgt, gw ga nyesel ataupun ngeluh karena gw bisa bertemu orang seistimewa itu.. kali aja dia sebenernya malaikat tanpa dia sadar.. meski dia hanya seorang pengamen bertampang preman, gw menganggapnya sebagai perwujudan malaikat...
negatif thinking itu emang ga salah, tp gunakanlah pada porsi yg tepat.. gunakan hal itu untuk kita waspada, karena kita ga pernah tau apa yg akan terjadi...
namun alangkah baiknya lg kalo kita bisa selalu positif thinking, karena selain sehat, kita juga bisa mendapat pembelajaran yg sangat indah dari hal itu. kita ga pernah tau kalo hanya melihat permukaan aja, ada baiknya kita memikirkan kemungkinan2 yg ada dibalik atau dibawah permukaan itu...
maka gw setuju bgt adannya asas hukum negara kita, yaitu PRADUGA TAK BERSALAH...
yuk bareng2 kita terapin itu... karena gw ataupun kalian semua bisa belajar dari setiap realitas hidup yg ada...

semoga kejadian yg gw alamin ini bisa menjadi pembelajaran buat kalian semua..


regards...
-sha-


Minggu, 30 September 2007

Peranan Pers Daerah dalam Dinamika Pers Nasional

Oleh : elza ARd

Masa pemerintahan Soeharto yang merupakan masa kediktatoran dalam segala aspek kehidupan bangsa Indonesia dan termasuk pers didalamnya. Pada saat itu, pers Indonesia tidak mempunyai kemerdekaan dalam pemberian informasi khususnya pemberitaan mengenai pemerintahan. Bahkan yang lebih mengenaskan lagi, pada rezim Soeharto tersebut di buat Departemen Penerangan yang menjadi momok media cetak Indonesia karena sering mengintimidasi dengan ancaman pencabutan Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP). Hal tersebut merupakan praktek umum di bawah rezim Orde Baru Soeharto, yang tertutup terhadap kritik dan tidak toleran terhadap perbedaan pandangan.

Krisis pers di Indonesia juga dapat ditandai dengan tindakan 7 pemimpin redaksi media massa besar Indonesia yang secara serentak mengirimkan ’surat minta maaf’ kepada Presiden Soeharto pada 26 januari 1978 sesudah medianya dilarang terbit oleh Kopkamtib. Media-media tersebut adalah Kompas, The Indonesia Times, Pelita, Sinar Harapan, Merdeka, Sinar Pagi, dan Pos Sore. Permintaan maaf semacam itu juga dilakukan Majalah Tempo pada 1 Mei 1982. Kejadian-kejadian seperti itulah yang sempat menjadi keprihatinan bagi praktisi Pers Indonesia.

Namun akhirnya pasca tumbangnya Soeharto dan sistem pemerintahannya, pers di Indonesia mengalami masa liberalisasi. Pers tidak lagi mengalami kesulitan dalam pemberian informasi kepada khalayak Indonesia. Hanya saja saat ini meski pers Indonesia sudah tidak di jajah oleh pemerintah, namun di jajah oleh pihak-pihak pemegang saham atau pihak-pihak yang dapat mempengaruhi media itu sendiri. Adanya politik media yang terjadi di dalam lingkup pers baik nasional ataupun daerah, dapat menjadikan krisis pers seperti pada masa orde lama meski tidak serupa dan tidak kentara.

Dengan era reformasi yang di pelopori oleh mahasiswa, terjaminlah kebebasan pers. Fungsi pers di Indonesia menjadi lebih optimal, meski terkadang tidak obyektif. Terjaminnya kebebasan pers, dewasa ini cenderung di salah gunakan oleh para praktisi media. Banyak kasus terjadi dengan mengatasnamakan kebebasan pers. Buntutnya, media yang tidak terlibat terkena damapaknya karena budaya Indonesia yang menganut asas ’stereotype’.

Peran pers dalam pembuatan opini publik juga sangat besar. Terlebih lagi bagi masyarakat dari kalangan yang kurang berpendidikan. Bagi kalangan ini, mereka menerima mentah-mentah apa yang mereka dengar atau yang mereka baca. Unsur ini terkadang di manfaatkan oleh para pelaku media. Menjadi suatu praktek umum di mana media massa di berbagai wilayah tak bisa beroperasi sebagai perusahaan yang sehat, tidak profesional, dan menunjukkan ketergantungan yang sangat besar pada dinamika yang terjadi dalam politik lokal (mulai dari soal langganan koran oleh kantor-kantor pemerintah, iklan ucapan selamat kepada pejabat, hingga berbagai bentuk suap lainnya).
Dengan sedang ’in’ nya media massa dalam sistem kehidupan di Indonesia di tambah lagi dengan perubahan sistem pemerintahan Indonesia dari sentralisasi menjadi desentralisasi, berpengaruh juga pada perkembangan media di daerah. Banyak orang mendirikan pers di berbagai tempat, namun tak sedikit pula yang akhirnya menutup penerbitannya karena berbagai persoalan. Masalah keuangan menjadi faktor utama tutupnya berbagai surat kabar di daerah. Namun kekecualian terjadi pada surat kabar atau terbitan lain yang memiliki afiliasi dengan grup penerbitan besar.
Faktor finansial lah yang biasanya menjadikan media daerah Indonesia tidak independen. Media daerah ini terpaksa terlibat permasalahan politik ekonomi media agar tetap hidup dan berkembang. Padahal khalayak yang berada di daerah sangat bergantung atau berpanutan pada media-media yang ada di daerahnya masing-masing. Untuk itulah di perlukan independensi media daerah untuk bisa memberikan keobjektifan berita pada khalayaknya.
Namun bukan hanya pada kasus itu saja yang dapat di lihat dari perkembangan media di daerah. Peran pers daerah juga sangat berpengaruh pada segala sistem kehidupan, terutama pada sistem politik dan sistem pemerintahan daerah. Salah satu faktor keberhasilan PILKADA adalah karena keterlibatan besar pers daerah. Kedewasaan pers daerah yang tidak bergantung lagi pada pers nasional dapat di acungkan jempol. Bahkan pers daerah saat ini mampu menyaingi pers nasional atau pers ibukota. Terbukti dengan gebrakan Jawa Pos yang awalnya merupakan koran daerah Surabaya dan sekitaran Jawa Timur, saat ini Jawa Pos dapat bersaing dengan koran nasional dengan mampu terbit di seluruh Indonesia. Dengan kemampuan itu, saat ini Jawa Pos sudah di akui menjadi koran nasional.
Bukti real lainnya di pandangnya perkembangan pers daerah adalah dengan di buatnya komunitas 10 koran daerah oleh Surya Paloh, seorang tokoh media. Ke-10 media tersebut adalah Harian Atjeh Post dan Mingguan Peristiwa di Banda Aceh, Harian Mimbar Umum di Medan, Harian Sumatra Ekspres di Palembang, Harian Lampung Pos di Bandar Lampung, Harian Gala di Bandung, Harian Yoga Pos di Yogyakarta, Harian Nusa Tenggara dan Bali News di Denpasar, Harian Dinamika Berita di Banjarmasin, dan Harian Cahaya Siang di Manado.
Tujuan di buatnya komunitas yang di bawahi oleh PT Surya Persindo yang sengaja di buat oleh Surya Paloh adalah agar pers daerah menjadi melek terhadap demokrasi dan hidup dalam kebebasan pers untuk membawa negara ini tiba pada sebuah perubahan yang lebih baik.
Pers daerah yang mayoritas merupakan anak dari media nasional atau pun mempunyai kerjasama dengan media nasional, tak dapat di pungkiri sudah dapat berdiri sendiri tanpa bergantung pada pers nasional. Meski pers daerah tetap masih terkait dan tidak terlepas dari dinamika arus pers nasional, kemampuan pers daerah dalam memfungsikan peranannya sudah layak mendapatkan pengakuan.
Pers daerah mampu berdiri sejalan dengan pers daerah untuk mengontrol sistem politik dan sistem pemerintahan Indonesia. Seyogyanya media daerah dan nasional mampu berperan dan menjalankan tugasnya dengan baik dan sesuai ciri mereka yang menganut keobjektifitasan dalam proses pemberitaan. Selain pers daerah di berikan hak dalam adanya kebebasan pers, pers daerah juga mempunyai tugas untuk mengontrol pemerintah daerah.
Selain itu juga, pers daerah juga mempunyai tugas untuk memublikasikan jurnalistik. Tugas ini dapat di artikan sebagai kemampuan pers daerah membuka diri seluas-luasnya akses bagi publik bawah yang ingin mengartikulasikan sikap dan kepentingannya dalam pers daerah.


Keberhasilan pers daerah dalam perkembangannya yang menakjubkan serta peran mereka dalam memfungsikan diri dengan baik tidak dapat terlepas dari kerjasama para deretan pengelola media itu sendiri dan wartawan-wartawannya. Kejelian dalam pencarian dan pembuatan berita menjadi proporsional dengan peran eksternal pers daerah. Dengan dedikasi yang dimiliki oleh sumber daya manusia medianya, membuat persaingan antar media daerah dijadikan motivasi untuk dapat memberikan yang terbaik bagi khalayak.

Banyak sekali contoh keberhasilan-keberhasilan dari pers daerah. Di antaranya keterlibatan pers daerah dalam pilkada. Lalu, banyaknya penghargaan yang di dapat media-media daerah. Contohnya saja SURAT Kabar Harian Pos Kupang pada 15 Agustus 2006 yang lalu berhasil mendapat penghargaan Dewan Pers sebagai salah satu surat kabar harian terbaik Indonesia 2005. Serta penghargaan pada media daerah lainnya.

Keberhasilan pers berkat reformasi membuat pers berhasil membuktikan dedikasinya. Dalam catatan tahunan Aliansi Jurnalis Independen pada tahun 2004 terlihat bahwa sebuah grup penerbitan paling luas di Indonesia memiliki jumlah penerbitan empat kali lipat dibandingkan pada masa akhir Soeharto. Kecenderungan yang sama juga terlihat pada grup penerbitan lain, dan pada waktu yang sama juga banyak media-media lain di berbagai wilayah Indonesia yang mencoba terbit secara independen.

Asumsi yang di sepakati bersama bahwa pers adalah pilar keempat demokrasi akan berasungsur menjadi sebuah fakta apabila pers nasional dapat menghargai pers daerah dengan mengajaknya berjalan seiring. Hal tersebut menjadi vital jika dikaitkan pada tugas pers sebagai fasilitator informasi serta mediator antara pemerintah dengan khalayak.

Untuk itulah keprofessionalan pers sangat perlu dimaksimalkan dan jangan sampai menjadi pemicu konflik dengan keberpihakan media pada salah satu pihak. Dengan begitu, media akan menjadi sebuah wadah stabilitas yang akan menyeimbangkan kehidupan bangsa. Selain independensi serta kemandirian dari pers daerah, adanya kerjasama serta bimbingan dari media nasional akan membantu terciptanya kedinamisan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia.

Rabu, 26 September 2007

Berbeda Itu Indah

semua orang ribut ttg perbedaan... ga sreg ma si itu lah, ga suka ma caranya orant ini lah. bukan mau menghakimi atau bagaimana, tp gw liat hampir semua orang selalu merasa dirinya lah yg paling bener serta cara yg mereka pilih dan lakukan lah yg terbaik. selalu menilai cara orang lain gak bener dan hanya melihat cacat nya orang lain...kaya cuma kita aja yg bener...
Tuhan itu maha hebat, toh kita percaya bahwa Ia mampu menciptakan manusia tanpa ada yg sama plek... knp kita terkadang menge-jugde orang tanpa berpikit panjang? tanpa pernah melihat dari sisi keberbedaan? knp semua orang selalu menuntut orang lain untuk sama dgn diri mereka? bahkan temen gw bilang kalo gw mematok suatu hal yg menyangkut dgn orang lain dgn prinsip "semua orang itu beda-beda" artinya masalah selesai sampe situ tanpa kita bisa kasih pendapat.
hmm...gw sangat tidak setuju dgan argumen itu, gw ga bilang kalo kita ga boleh kasih pendapat, gw jg ga bilang kalo prinsip gw bener(helo, gw juga cuma manusia biasa yg punya banyak kekurangan). maksud gw adalah ketika kita kasih pendapat ttg orang lain dan caranya, gw ga pgn menyalahkan dan memghakimi orang itu dan caranya yg mereka pilih (itu prinsip gw loh... dan gw ga pernah memaksa temen gw itu ataupun orang lain untuk sama dgn gw. Kan itu prinsip gw, semua orang bisa suka atau tidak). gw cuma tidak mau melihat dan berbicara ttg bener dan salah orang lain, pertama karena pernyataan bener dan salah itu relatif, tergantung mau lihat dari sisi mana kita melihatnya dan kedua karena gw ga berhak untuk menilai benar dan salahnya cara yg diambil oleh setiap manusia.
semua Agama dan hukum negara menjamin hak setiap insan manusia yang ada dimuka bumi ini (statement ini terlepas dari bener dan salah lho). dan gw melihat dari sisi itu untuk mengambil prinsip dan menentukan cara berpikir dan hidup gw. benar-benar terlepas dari benar-salahnya orang lain. karena gw tidak berhak akan hidup orang lain, dan gw juga ga mau orang lain berhak akan hidup gw.
tapi kembali lg karena orang itu beda-beda, meski gw ga sependapat sama analisisnya temen gw, gw ga bisa mengatakan bahwa temen gw salah(sekali lg, itu hak nya dia). gw sama dia beda, dan dalam hal ini ttg pola pikir kita. kita cuma berpikiran beralawanan arah, temen gw gitu, gw gini. kita kan diciptakan dengan keberbedaan satu sama lain, si A ini, si B itu, si O anu. dan itulah mahadahsyatnya Tuhan.
namun menurut gw, seperti yg sudah banyak gw kemukakan kpd temen2 yg mengenal deket gw bahwa adalah benar ketika kita bisa menerima perbedaan dari setiap manusia yg notabene berakal dan berbudi serta berakhlak mulia(baca:benarkah?) karena ketika kita sudah dapat menerima perbedaan itu, artinya kita sudah mampu menerima orang lain dgn apa adanya. dan karena gw adalah seorang elza ARd, yg selalu berharap semua orang dapat menerima gw dgn apa adanya gw, bagaimanapun gw, maka untuk bisa mendapatkan hal itu, adalah pertama yg gw lakukan yakni menerima orang lain dengan apa adanya dan bagaimanapun dia….dan selalu gw terapin hal itu.
gw bangga mempunyai Tuhan yg unik, yg abstrak, yg menciptakan banyak misteri hingga Ia membuat banyaknya perbedaan di semua orang, di setiap aspek hidup ini. dan gw sangat bersyukur Tuhan memberikan sebuah anugerah yakni semua yg ada di diri gw termasuk anugerah dgn memberikan pola pikir dan kelapangan dada di gw untuk menerima semua perbedaan. saat ini menurut gw adalah bagaimana kita menyikapi ttg perbedaan yg diberikan Tuhan. apakah sebagai hal yg harus dijadikan konflik seperti "beneran gw apa lo" atau anugerah yg bermakna positif? karena menurut gw, sampai kapanpun perbedaan itu gak akan pernah bisa disatukan, tapi seharusnya untuk diselaraskan.
gw memilih untuk menganggap bahwa perbedaan yang diberikan Tuhan itu sebagai sebuah ANUGERAH.......
karena Berbeda itu Indah..

so bagaimana dgn kalian?


Senin, 24 September 2007

Goresan Pena (sebuah memory di 1 SMA)

Kualunkan pena dalam taburan bintang
tapi aku tak pandai memainkan kata,
Menjadi untaian kata yang indah,
bak perisai bunga di Taman Eden...

Mungkin aku bukan lagi seorang pemberani
Mungkin aku hanya seorang pengecut sekarang..
Aku takut bermain dengan kata cinta
seperti memainkan api..Aku takut terbakar

Aku tak ingin menyakiti dan disakiti
Mungkin Bumi tidak lagi dapat dipijak
Tapi apakah perasaan yang datang ini?
kadang getarannya pelan..
kadang menggelegar seperti badai..

Atau inikah gerangan cinta yang kurasakan lagi?
atau hanya emosi semata?
oh..aku takut
seperti laut tak lagi bersahabat dengan kita,
aku tidak tahu,
hanya Tuhan yang tahu..

Inginku mempercayai kata-kata manismu
tapi aku takut..
takut terluka lagi...
takut..kalau itu hanya sebuah omong kosong
hingga nanti burungpun akan enggan untuk bernyanyi..

Aku takut dan tidak ingin memain-mainkan cinta
aku hanya seorang gadis lugu
yang masih buta akan makna cinta sesungguhnya.
aku masih muda..
dan merasa optimis bahwa jalan hidupku masih panjang

Aku tidak ingin sombong dan munafik
yang merasa kenal dan dekat sekali dengan cinta..
Aku ingin menjadi gadis angkuh,
tapi aku luluh karenamu..

Aku takut mengatakan "Aku Cinta Kamu"
Aku ingin menjadi orang yang BERTANGGUNG JAWAB,
dengan segala apa yang telah aku ucapkan
Aku ingin benar-benar mencintaimu..
Hingga bumi dapat dipijak kembali,
Dan laut pun dapat bersahabat dengan kita lagi,
Serta burung tak enggan untuk bernyanyi..

Aku mencintaimu..
Seperti Pena mencintai Tintanya..

elza 'ARd



Kamis, 20 September 2007

sebuah asa

setiap asa yang bermakna selalu memiliki esensi tak ternilai untuk segala aspek yang ada di muka bumi ini, ketika sebuah asa menjadi cacat,esensi yang ada didalamnya pun ikut terluka...
namun, akan selalu ada sebuah pembelajaran yang menjadi proses hidup ini, meski melalui kecacatan asa..

...aku adalah...

adalah aku yang selalu merepotkanmu...
adalah aku yang selalu menyakitimu...
adalah aku yang terkadang melukaimu hingga membuatmu menangis...
adalah aku yang selalu membuatmu susah...
adalah aku yang selalu durhaka kepadamu...
adalah aku yang selalu mengeluhkan semua pengorbanamu untukku...
adalah aku yang terkadang meragukanmu...
adalah aku yang selalu menuntut semua hal kepadamu...
adalah aku yang selalu khilaf dengan lupa menghormatimu...
adalah aku yang selalu bertindak sesuka hati...
adalah aku yang terkadang meremehkanmu...
adalah aku yang terkadang lupa untuk brterimakasih kepadamu...
adalah aku yang terkadang melupakanmu...
namun,
adalah aku yang selalu berusaha memberikan yang terbaik untukmu, mengabdi kepadamu, menghargaimu
yang selalu ingin membuatmu bangga, tertawa untuk menghapuskan tangismu,
yang ingin selalu menyanjungmu, membelamu, memberikan keselamatan untukmu, memberikan kebahagiaan, menerima apa adanya dirimu untuk semua hal, menghapus airmata dan peluhmu,
yang ingin mengangkat semua bebanmu meski aku yang harus menanggungnya...
adalah aku yang ingin memberikan semua jatah kebahagiaan dan keselamatanku yang diberikan Tuhan, untukmu...
adalah aku yang selalu menyayangimu, papaku...
seorang Agustinus Widiyanto Elda