Kamis, 26 Februari 2009

MTV (MUSIC TELEVISION)

”Sebuah Sarana Pergeseran Budaya dan Kehidupan Sosial”

Menyadari peran media massa yang begitu kuatnya pada sistem yang terjadi di masyarakat membuat saya mengkritisi betapa kuatnya kontrol media yang telah terkonstruksi sedemikian rupanya. Salah satu fenomena yang terjadi adalah kuatnya efek sebuah program televisi dengan segmentasi anak remaja, yaitu MTV (Music Televition).
Sebuah program yang dibawa oleh Negara super power Amerika Serikat ini menjadi sebuah ‘kiblat’ yang sangat berpengaruh bagi sebagian anak muda dalam mengikuti arus kehidupan yang dikenal dengan tajuk “gaul”. Bentuk yang dihadirkan adalah segala trend terbaru, mulai dari musik, fashion, makanan, hingga lifestyle. Mengingat program yang didalangi oleh Amerika Serikat, tentu saja sajian dan kemasan di beberapa negara yang mendapatkan hak siar MTV termasuk Indonesia, juga memiliki kemasan yang tidak jauh berbeda. Hingga industri kapitalis seperti makanan, fashion hingga label perusahaan musik pun mendapatkan untung besar-besaran karena pesan-pesan yang ditampilkan oleh MTV.
Anak muda, atau anak remaja yang sedang puberlah yang menjadi sasaran utama oleh MTV. Ini disebabkan karena pada usia remajalah dimulainya awal pencarian identitas seksual dan pemfokusan pada pencarian jati diri, hingga emosi mereka masihlah sangat labil dan dapat dipengaruhi (ditanamkan sebuah konstruksi budaya) dengan sangat mudah . Mereka mulai lepas dari tradisi dalam rumah, mulai meninggalkan disiplin sosial dan berpotensi mengembangkan disiplin pribadi (mypalette.multiply.com).
Ketika melihat lebih jauh lagi, adanya MTV tidaklah hanya sekedar adanya saja. Tanpa sadar, acara-acara yang ditampilkan oleh MTV berpengaruh sangat kuat. Ketika MTV telah mem-’bandrol’ dirinya sebagai acara untuk anak ”gaul”, maka tertanam pula bahwa hanya mereka yang menonton MTV sajalah yang dapat dikatakan ”gaul”. Banyak propaganda yang ditanamkan melalui acara-acara tersebut. Dilihat dari perspektif Kolonialisme elektronik yakni sebuah penjajahan dalam bentuk pikiran dengan media massa sebagai sebuah sarana, MTV jelas saja telah menghasilkan hasil yang mengagumkan karena hampir semua target audiens MTV berperilaku seperti apa yang disampaikan serta dikonstrusikan oleh MTV.
Dalam Kolonialisme Elektronik dijelaskan bahwa penjajahan elektronik ini mencari pengaruh dan kontrol pikiran. Tujuannya adalah untuk mempengaruhi sikap, kehendak, kepercayaan, gaya hidup dan perilaku konsumen, (Global Communication, McPhail 2006). Seperti yang dapat dilihat dalam kenyataan sehari-hari bahwa mereka yang mengkonsumsi MTV memiliki style dan lifestyle yang hampir sama bahkan mengikuti semua kehidupan dan apapun yang mereka lihat di acara MTV. Seperti berbicara gaul, campuran Indonesia-British, mengonsumsi junkfood atau budaya ’kongkow’ untuk mengisi waktu luang atau memang sengaja meluangkan waktu untuk bisa ’kongkow’ agar bisa disebut ’gaul’.
Tidak hanya sekedar itu saja, fenomena yang disebabkan oleh hadirnya MTV berkaitan erat dengan perspektif kultivasi. Analisa kultivasi mempelajari apa dan bagaimana televisi membantu menghasilkan konsepsi penonton tentang kenyataan sosial, (Bryant, J & D Zillmann. Media Effects: Advances in Theory and Research. 2002 : 45). Menurut perspektif kultivasi, televisi merupakan media utama bagi audiens untuk belajar tentang masyarakat dan kultur di lingkungannya. Ketika menonton acara MTV di televisi maka mereka melihat bahwa apa yang ditayangkan oleh MTV merupakan sebuah realitas yang harus dipelajari dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam arti lain, persepsi yang muncul dalam benak kita sangat ditentukan oleh televisi. Melalui kontak dari televisi maka mereka belajar tentang dunia, orang-orangnya, nilai-nilainya, dan adat istiadatnya. Seperti itulah yang terjadi dengan munculnya MTV di berbagai belahan negara khususnya Indonesia. Melalui penanaman konstruksi pesan dari MTV, budaya timur yang ada di Indonesia tergeser menjadi budaya kebarat-baratan bagi anak muda pengonsumsi MTV.
Contohnya saja ketika MTV mengkampanyekan hari HIV Aids secara besar-besaran dan disponsori oleh salah satu produk kondom. Secara tidak langsung MTV mendukung adanya freesex yang notabene merupakan budaya barat. Akibatnya anak muda Indonesia pun melupakan tradisi mereka sebagai bangsa timur yang tidak menghalalkan adanya budaya freesex tersebut.

Tidak ada komentar: